Mataram, 25 Maret 2024 - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat, mendorong electrifying marine melalui optimalisasi penggunaan SPLIKS yang telah terpasang di Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima semenjak 9 Agustus 2023 silam. Menjadi satu-satunya SPLIKS di Nusa Tenggara Barat, kehadiran SPLIKS dengan kapasitas daya 33.000 VA di Pelabuhan Sape ini telah memperoleh animo positif. Terbukti selama tahun 2023, tercatat penggunaan SPLIKS telah mencapai 6.827 kWh atau hampir setara dengan kapasitas satu unit PLTU di Pulau Sumbawa.
Penggunaan SPLIKS merupakan salah satu upaya untuk menekan emisi karbon dengan segmentasi kapal-kapal yang tengah sandar di pelabuhan untuk menciptakan ekosistem Green Port di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selaras dengan target Pemprov NTB untuk menuju Net Zero Emission pada tahun 2050, PLN NTB terus mengembangkan infrastruktur penunjang berupa stasiun pengisian kendaraan listrik baik untuk kendaraan roda dua dan roda empat maupun untuk kapal laut.
Tidak hanya mewujudkan udara yang lebih bersih, penggunaan SPLIKS ternyata juga turut menghemat biaya operasional kapal yang tengah sandar. Hal ini dirasakan pula oleh ASDP, salah satu pengguna SPLIKS di Pelabuhan Sape. Dengan menggunakan SPLIKS di pelabuhan, mereka bisa melakukan penghematan biaya operasional untuk bahan bakar.
Supervisor Pelabuhan ASDP Sape, Syamsuddin, mencoba mensimulasikan berapa besar penghematan dengan menggunakan SPLIKS. “Rata-rata kapal tiap perjam menggunakan BBM 10 liter. Kalau rata-rata kapal istirahat 10 sampai 12 jam dalam satu hari, bisa sampai 100 liter. Nah kalau dikonversikan, itu cukup sangat membantu, bisa sampai lebih dari 50% efisiensi kami”, tuturnya.
Tentang pengalaman menggunakan SPLIKS, Syamsuddin menambahkan bahwa penggunaan SPLIKS sangat membantu dalam operasional kapal. “Untuk di ASDP Sape sendiri, kapal itu lebih banyak istirahat di dermaga, jadi dengan adanya SPLIKS ini bisa mengurangi penggunaan BBM untuk generator, sehingga sejalan dengan program pemerintah untuk menurunkan emisi karbon dan efisiensi di biaya”, tambahnya lagi.
Menurutnya, penggunaan SPLIKS di pelabuhan-pelabuhan ASDP ini akan sangat membantu, terutama di pelabuhan-pelabuhan yang memiliki potensi kapalnya lebih banyak sandar di dermaga. “Ketika kapal sandar di dermaga lebih dari 4 jam, mesin generatornya bisa diistirahatkan dan bisa beralih ke penggunaan listrik dari SPLIKS, sehingga efisiensi juga bisa terjaga dalam penggunaan BBM”, ungkapnya. Syamsuddin berharap, kedepan akan lebih banyak dipasang SPLIKS di pelabuhan-pelabuhan terutama pelabuhan-pelabuhan yang memang potensi kapal istirahatnya lebih banyak.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTB, H. Lalu M. Faozal, S.Sos, mengutarakan bahwa Pemprov NTB selaku regulator berperan memfasilitasi, memberikan ruang yang cukup pada masyarakat, bersama-sama dengan stakeholder yang lain untuk meyakinkan masyarakat bahwa alat transportasi dengan bahan bakar listrik itu lebih efisien. “Apabila masyarakat yakin dengan efisiensi penggunaan listrik, maka penghematan tersebut bisa dibelanjakan untuk keperluan yang lain, yang sebelumnya digunakan untuk membeli BBM”, tutur beliau.
Terkait pembangunan SPLIKS di lokasi lain di Nusa Tenggara Barat, Faozal mendorong agar bisa terealisasi. “Pemerintah pastinya akan mendorong kemudahan pelayanan kepada masyarakat, apalagi terbukti bahwa penggunaan SPLIKS tersebut menimbulkan dampak yang positif, baik dari sisi lingkungan maupun dari biaya operasional. Pemerintah akan lebih mendorong lebih baik lagi dan sekarang menjadi tugas bersama kita untuk memfasilitasi”, tutupnya.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTB, Sudjarwo menyebutkan bahwa selain SPLIKS untuk kapal sandar, di NTB telah terpasang sejumlah tujuh unit Anjungan Listrik Mandiri (ALMA) di sejumlah pelabuhan. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik guna mendorong pertumbuhan kendaraan listrik di sektor maritim. “PLN berkomitmen menumbuhkan ekosistem kendaraan listrik, baik di darat maupun di laut dengan menyiapkan infrastruktur stasiun pengisian listrik yang tersebar di sejumlah lokasi di NTB”, ujar Sudjarwo.
Sudjarwo juga menambahkan bahwa untuk membangun ekosistem kendaraan listrik tidaklah mudah. “PLN tentunya tidak akan bisa mewujudkan ekosistem green transportation maupun green port secara sendirian tanpa keterlibatan pihak lain. Dukungan stakeholder dan pemangku kebijakan serta para pelaku transportasi memiliki andil yang cukup besar. Net zero emission merupakan challenge bagi bangsa Indonesia untuk menghadirkan udara yang lebih bersih bagi anak cucu kita dan untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik”, tutupnya. (*)
0Komentar
Berkomentar dengan mencantumkan link promosi otomatis kami hapus.